MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI INDONESIA
(KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM SEBELUM PENJAJAHAN BELANDA)
Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Studi Peradaban Islam”
Dosen Pengampu:
Dr. M. Hadi Masruri, M.A
Dr. M. Hadi Masruri, M.A
Pemakalah:
SELVI BUDI RAHAYU
(16771005)
(16771005)
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2017
A.
PENDAHULUAN
Proses
penyebaran Islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peranan para pedagang
Islam, ahli-ahli agama Islam dan raja-raja atau penguasa yang telah memeluk
Islam. Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah,
yakni masyarakat sepanjang pesisir utara. Dalam hal ini, pembawa Islam kepada
masyarakat Nusantara adalah para saudagar-saudagar muslim, baik yang datang
dari Gujarat maupun Arab dengan cara berdagang. Dari hubungan ini mereka saling
mengenal dan terjadi hubungan yang dinamis di antara mereka. Para saudagar
muslim tidak semata-mata hanya berdagang melainkan juga berdakwah.[1]
Masuknya
islam di Indonesia dibagi menjadi dua proses. Pertama, penduduk pribumi
berhubungan dnegan agama islam kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang Asing
yang telah beragama Islam bertempat tinggal secaramenetap di suatu wilayah
Indonesia, melakukan perkawinan dngan penduduk asli dan mengikuti gaya hidup
lokal yang sedemikian rupa sehingga mereka sudah menjadi orang jawa, Melayu
atau suku lainnya.[2]
B.
Jalur
masuknyaIslam ke Indonesia
Sejarah
Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah
satu faktor pemersatu bangsa juga memberi nuansa baru dalam keberislamannya di
negara-negara Islam lain. Islam di Indonesia ini mampu berinteraksi dengan
budaya lokal, seperti bentuk masjid dan tata cara yang mengiringi ritual
keagamaan.
Berbagai
teori tentang masuknya islam di Indonesia telah banyak dikemukakan oleh para
pakar baik yang berasal dari Indonesia maupun yang berasal dari luar negeri.
Meskipun demikian, pembongkaran mengenai dari mana, dimaa dan kapan masuknya
Islam di Indonesia masi merupakan m asalah yan g kontroversal.
Kedatangan
islam di berbagai darah di Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula
kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi yang
berbeda-beda. Masuknya Islam di Indonesia dapat dilihat dari beberapa sumber
yaitu:
1.
Arab
Berita ini diketahui dari pedagang Arab
yang melakukan aktivitas perdagangan dengan bangsa Indonesia. Pedagang arab
telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan Sriwijaya (sekitar abad ke-7 M)
yang menguasai jalur pelayaran perdagangan dan wilayah Indonesia bagian barat
termasuk selat Malaka. Hubungan perdagangan Arab dengan kerajaan Sriwijaya
terbukti dengan adanya para pedagang Arab dengan kerajaan Sriwijaya dengan
sebutan Zabak, Zabay atau Sribusa.[3]
Pendapat ini dikemukakan oleh Crawfurd, Keyzer, Nieman, de Hollander, Syeh
Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya yang berjudul Islam salam Sejarah
Kebudayaan Melayu dan mayoritas tokoh-tokoh Islam di Indonesia seperti Hamka
san Abdullah bin Nuh. Bahkan Hamka berasumsi bahwa teori yang mengatakan Islam
datang dari India adalah seagai sebuah bentuk propaganda, bahwa Islam yang
datang ke Asia Tenggara itu tidak murni.[4]
2.
Eropa
Kabar ini datangnya dari Marcopolo tahun
1292 M. Ia adalah orang yang pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia
ketika ia kembali dari cina menuju Eropa melalui jalur laut. Ia mendapat tugas
dari kaisar Cina dan dari perjalannya itu ia singgak di Sumatera bagian Utara.
Di Daerah ini ia menemukan adanya kerajaan Islam yaitu kerajaan Samudera Pasai,
yang beribukota di Pasai.[5]
Diantara sejarawan yang menganut teori ini adalah C. Snouch Hurgronye, W.F
Stutterheim, dan Bernard H.M. Vlekke.[6]
3.
India
Hal ini menyebutkan bahwa para pedagang
India dari Gujarat mempunyai peranan
penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Karena
disamping berdagang mereka aktif juga mengajarkan agama-agama dan kebudayaan
Islam kepada setiap ,asyarakat yang dijumpainya,terutama kepada masyarakat yang
terletak di daerah pesisir pantai.[7]
4.
Cina
Kabar ini diketahui melalui catatan dari
Ma Huan seorang Penulis yang megikuti perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Ia
menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar
Islam yang bertempat tinggal di utara Pulau Jawa. Para pedagang Arab yang menyebarkan agama Islam di Nusantara, ketika
mereka mendominasi perdagangan Barat-Timur sejak abad-abad awal Hijriah atau
abad ke-7 dan ke-8 M. Dalam sumber-sumber Cina disebutkan bahwa pada abad ke 7
M seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab Muslim di pesisir
pantai Sumatera.[8]
5.
Sumber
dalam Negeri
Terdapat sumber-sumber dari dalam negeri
yang menerangkan berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia. Yakni penemuan
sebuah batu Leran (Gresik). Batu bersurat itu menggunakan huruf dan bahasa
Arab, yang sebagian tulisannya telah rusak. Batu itu memuat tentang
meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah Binti Maimun (1028). Kedua,
makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan
tahun 676 H atau tahun 1297 M. Ketiga, Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di
Gresik yang wafat tahun 1419 M. Jirat makan didatangkan dari Guzarat dan berisi
tulisan-tulisan Arab.[9]
Jalur masuk agama Islam ke Indonesia
yang paling dominan adalah dari Cina. Hal ini dibuktikan dengan adanya dari
china. Jalur perdagangan di Indonesia sangat terkenal karena disini terlewati
Jalur Sutra. Jalur sutra china ini telah dikenal sejak tahun 200 SM . disini
Nabi Muhammad SAW sendiri sangat mengagumi Jalur Sutra China ini. Hingga adanya
Hadis yang menyatakan “Tuntutlah Ilmu sampai Negeri China”. Pada waktu
itu juga orang-orang China memakai baju yang berasal dari sutra yang sangat
Indah, dan di Arab pada waktu itu percaya bahwa baju yang digunakan menunjukkan
strata sosial yang dimiliki. Pada abad 14 M Laksamana Cheng Ho ke Majapahit
sebagai misi Resmi yang telah terjalin sejak lama. Dan lebih meyakinkan lagi
bahwa para walisongo banyak yang berasal dari China. Pada permulaan abad 15,
pada masa pemerintahan Yung-lo dari rajakula Ming, laksamana Cheng Ho dalam
kunungannya ke negara-negara di Asia Tenggara telah menyaksikan adanya pelbagai
pedagang Tionghoa di pelbagai pelabuhan. Pada tahun 1407 laksamana Cheng Ho
membentuk masyarakat Tionghoa Islam pertama di Nusantara.[10]
Banyak dari Jajaran Wali Songo adalah
orang China, seperti Sunan Ampel yang asli dari Yunan[11]Sunan
Bonang dan Sunan Giri yang juga keturunan Tonghoa[12]
C.
Cara
Islamisasi di Indonesia
Datangnya agama Islam tidak lantas
langsung dapat menyebar keseluruh penjuru Indonesia. Penyebaran agama Islam di
Indonesia ini dilakukan secara terbuka dan secara damai. Cara-cara yang
digunakan untuk mengislamkan penduduk Indonesia pada wakti itu ada enam, yaitu:
1. Perdagangan
Pada taraf permulaannya cara menyebarkan
agama Islam adalah dengan cara perdagangan. Hal ini sesuai dengan kesibukan
lalu lintas perdagangan abad ke 7 sampai pada abad ke 16. Perdagangan antara
negeri-negeri di bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan dimana
pedangang-pedagang beragama Islam seperti pedagang dari Arab, Persia dan Iran
turut serta mengambil bagian di Indonesia. Penggunaan cara perdagangan untuk
menyebarkan agama Islam di Indonesia ini membuahkan hasil yang baik. sehingga
hal ini menimbulkan jalinan di antara masyarakatIndonesia dan para pedagang
yang datang.[13]
2. Pernikahan
Setelah melalui jalur perdagangan,
berikutnya melalui jalur pernikahan atau perkawinan anatara para pendatang yang
bergama muslim dengan para penduduk pribumi. Cara ini dinilai menjadi cara
paling mudah dalam penyebaran agama Islam. Karena ikatan perkawinan merupakan
ikatan lahir batin antara dua individu yang membentuk suatu keluarga dan
nantinya akan membentuk suatu masyarakat, yang disini berarti akan membentuk
masyarakat Muslim.
3. Tasawuf
Tasawuf merupakan salaah satu cara yang
penting dalam proses pengislaman di Indonesia ini. Tasawuf termasuk kategor
yang berfungsi membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan
bukti-bukti yang jelas pada tulisan-tulisan antara abad ke 13 dan ke 18. Hal
ini berkaitan langsung dengan penyebaran gama islam di Indonesia.[14]
Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam keserdehanaan, mereka selalu
berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah
masyarakatnya.
Para ahli tasawuf biasanya memiliki
keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur Tasawuf, yaitu proses
pengislaman dengan mengajarkan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya
bahkan ajaran-ajaran agama yang ada yaitu gama Hindu ke dakam ajaran islam,
dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam
sehingga mudah dimengerti dan diterima.[15]
4. Kesenian
Penyebaran agama islam di Indonesia juga
dengan kesenian. Pengislaman melalui seni, seperti seni bangunan, seni pahat,
seni tari, musik dan juga sastra. Mislanya pada seni bangunan masjid kuno
demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten. Selain
itu juga dengan pertunjukan wayag, yang digemari masyarakat Indonesia. Melalui
cerita-cerita pewayangan tersebutkan disispkan ajaran-ajaran agama Islam. Seni
gamelan yang ada dalam pewayangan tersebut dapat mengundang masyarakat untuk
melihat pertunjukan pwayangan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan
Islam.[16]
5. Politik
Pengaruh seorang pemimpin sangat
berpengaruh dalam penyebaran agama Islam di Indonesia ini. Ketika seorang
pemimpin memeluk agama Islam. Makan tidak sulit untuk memuat masyarakatnya
untuk memeluk agama Islam juga, karena rakyatnya juga akan mengikuti jejak
pemimpinnya. Rakyat pada masa itu memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan
pemimpinnya yang sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya.
Pengaruh politik dari seorang pemimpin sangat membantu penyebaran islam di
Indonesia ini.[17]
Dari beberapa cara islamisasi di atas,
carakesenian lah yang paling dominan untuk mengislamisasikan penduduk
pribumi.disini dapat dilihat dari strategi pengislamisasian lewat kesenian
dinilai lebih komunikatif, luwes dan tanpa kekerasan.
Snouck Hurgronje dalam tulisannya Islam
di hindia Belanda mengemukakan pengamatanya bahwa agama Islam yang telah
diterima oleh bangsa Indonesia, sebelumnya sudah mengalami proses penyesuaian
dengan gama Hindu, sehingga amat mudah menyelaraskan diri dengan agama Hindu
campuran yang ada di Indonesia. Agama islam di Hindia Timur masih tetap
memperlihatkan bekas-bekas negeri (asalnya) yang tidak dapat disangkalkan ,
yaitu Hindia Muka.[18]dengan
demikian, tampak bahwa sebelum datangnya Islam, peran mistik yang berkembang
pada masa Hindu dan muda sangat berpengaruh hingga datangnya Islam.
Dengan warna Islam yang sudah bercampur
dengan mistik inilah menurut Syamsul Wahidin, lebih sesuai dengan kondisi
Indonesia pada waktu itu. Oleh karena itu para penyebar agama Islam lebih
memilih media yang komunikatif dalam dakwahnya dengan kesenian yangakhirnya
menimbulkan efek seolah-olah melestarikan nilai-nilai tradisional pra Islam.[19]
D.
Perkembangan
Islam di Indonesia Masa Kerajaan-kerajaan
Islam dimulai di Indonesia di wilayah
ini lewat kehadiran orang-orang pemeluk Islam yang singgah di Indonesia. Dengan
usaha mereka semua itu, Islam tersebar sedikit demi sedikit dan secara
perlahan-lahan. Langkah penyebaran islam mulai dilakukan secara besar-besaran
ketika dakwah telah memiliki orang-orang yang khusus menyebarkan dakwah.
Setelah fase itu kerajaan-kerajaan Islam mulai terbentuk di Indonesia ini.[20]
Berikut adalah kerajaan-kerajaan yang memiliki pengaruh:
1. Kerajaan
Samudra Pasai
Kerajaan ini adalah kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Tumbuhnya
kerajaan ini tidak bisa dipisahkan dari letak geografisnya yang menjadi jalur
pelayaran perdagangan internasional, yang membuatnya menjadi lalu lalang para
pedagang asing. Juga menjadi tempat transmigrasi oleh para pedagang asing.
Kemunculannya sebagai kerajaan Islam
diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke- 13 M antara tahun 1270-1275.
Kerajaan samudra pasai ini didirikan oleh Sultan Ms-Saleh, dan menjadi raja
yang pertama, dan wafat pada tahun 696 H atau 1297 M, pada masa pemerintahan
Raja pertama ini Samudra Pasai merupakan kerajaan yang besar dari wilayah Aceh
sendiri.[21]
Gelar malik Al-Shaleh sebelum menjadi
raja adalah Merah Sile atau merah Selu. Ia masuk Islam karena bertemu dengan
Syaikh Ismail utusan Syarif mekah, yang kemudian memberinya gelar Sultan Malik
Al-saleh.[22]
Pada Abad ke 16 kerajaan Samudra Pasai
ini tengah mengalami beberapa kemajuan dibidang politik pemerintahan, keagamaan,
pertanian dan perdagangan.[23]
Kerajaan Samudra Pasai berlangsung
sampai tahun 1524 M. Pada tahun 1521 M, kerajaan ini ditklukkan oleh Portugis
yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudian pada tahun 1524 M dianeksasi oleh
raja Aceh, dan selanjutnya kerajaan Samudra Pasai ini berada di bawah
kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.[24]
Pada masa kejayaannya kerajaan ini menjalin hubungan yang sangat baik dengan
kerajaan Islam lainnya, seperti hubungan dengan kerajaan Malaka. Hubungan kedua
kerajaan ini sampai terbawa kepada pernikahan politik antara ke dua kerajaan
besar Islam ini. Hubungan Samudra Pasai dengan daerah-daerah lain di Indonesia
seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Lombok, dan Sumbawa dibuktikan dengan
kesamaan bentuk makan yang ada di Samudra Pasai dan pada daerah-daerah
tersebut.[25]
2. Kerajaan
Malaka (803-917 H/1400-1511M)
Malaka merupakan jalur lalulintas bagi
pedagang-pedagang asing yang berhak masuk dan keluar pelabuhan-pelabuhan
Indonesia.
Letak geografis Malaka sangat
menguntungkan, yang menjaadi jalan anatara Asia Timur dan Asia Barat. Dengan demikian
malaka dikenal sebagai gerbang Nusantara, dan kerajaan Malak menjadi salah satu
kerajaan yang berpengaruh atas daerahnya dan juga penyebaran Islam.[26]
Setelah malaka menjadi kerajaan Islam,
parapedagang, mubaligh dan guru dari negeri Timur Tengah dan India makin ramai
mendatangi kota Bandar Malaka. Dari bandar ini, Islam di bawa ke pattani dan
tempat lainnya di semenanjung seperti pahang, Johor dan perlak.[27]
Kerajaan Malaka ini menjalin hubungan
baik dengan Jawa, mengingat bahwa malaka memerlukan bahan-bahan pangan dari
Jawa untuk memenuhi kebutuhan kerajaannya sendiri. Persediaan dalam bidang
pangan dan rempah-rempah harus selalu cukup untuk melayani semua
pedagang-pedagang.[28]
Selain dengan Jawa, malaka juga menjalin
hubungan dengan Pasai. Pedagang-pedagang pasai membawa lada ke pasaran malaka.
Dengan datangnya pedagang Jawa dan Pasai, maka perdagangan di Malaka menjadi
ramai lagi. Selain dibidang ekonomi, malaka juga maju dalam bidang keagamaan.
Banyak alim ulama datang dan ikut mengembangkan agama islam di kota ini.
Kesultanan Malaka mempunyai pengaruh di
daerah Sumatera dan sekitarnya, dengan mempengaruhi daerah-daerah untuk masuk
islam dan kesultanan Malaka merupakan pusat perdagangan Internasional anatara
barat dan Timur, Malaka menjadi pelabhan transit. Dengan didudukinya kesultanan
Malaka oleh Portugis pada tahun 1511, maka kerajaan di Nusantara menjadi
berkembang karena jalur Selat Malaka tidak digunakan ;agi oleh pedagang Muslim.[29]
3. Kerajaan
Aceh (920-1322H/1514-1904M)
Pada abad ke 16, Aceh mulai memegang
peranan penting dibagian utara pulau Sumatra. Pengaruh Aceh ini meluas dari
Barus di sebelah utara hingga sebelah selatan di daerah Indrapura sebelum di
bawah pengaruh Aceh, yang tadinya meupakan daerah pengaruh Minangkabau. Yang
menjadi pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan Ibrahim (1514-1528), ia berhasil
melepaskan Aceh dari Pidie. Aceh menerima Islam dari Pasai yang kini menadi bagian
wilayah Aceh dan pergantian agama diperkirakan terjadi mendekati pertengahan
abad ke 14.[30]
Aceh mengalami kemajuan ketika
saudagar-saudagar muslim yang sebelumnya dagang di Malaka kemudian memindahkan
perdagangannya ke Aceh, ketika Portugis menguasai Malaka. Maka daerah
pengaruhnya yang terdapat di Sumatra mulai melepaskan diri dari Malaka, dan hal
ini sangat menguntungkan kerajaan Aceh yang mulai berkembang. Dibawah kekuasaan
Ibrahim, kerajaan Aceh mulai melebarkan kekuasaannya ke daerah-daerah sekitarnya,
bahkan operasi-operasi militer diadakan juga bertujuan untuk memperbaiki
ekonomi.[31]
Aceh menjalin hubungan yang baik dengan
Turki dan negara-negara islam yang lain. Dimana ketika Aceh menghadapi
balatentara Portugis Aceh meminta bantuan kepada Turki.[32]
Kejayaan kerajaan Aceh pada puncaknya
ketika diperintahkan oleh Iskandar Muda. Ia mampu menyatukan kembali wilayah
yang telah memisahkan diri dari Aacegke bawah kekuasaannya kembali. Pada
masanyaAceh menguasai seluruh pelabuhan di pesisir Timur dan Barat Sumatera.
Dibawah pemerintahan IskandarMuda ini, kerajaan Aceh tidak meminta bantuan
Turki Usmani untuk mengalahkan Portugis. Sultan kemudian bekerjasama dengan
musuh Portugis, yaitu Belanda dan Inggris.[33]
Setelah Iskandar Muda digantikan oleh
Iskandar Tsani, Aceh terus berkembang untuk beberapa tahun. Pengetahuan agama
maju dengan pesat. Akan tetap tatkala beberapa sultan perempuan menduduki
singgasana tahun 1641-1699, beberapa wilayah taklukannya lepas dan kesultanan
menjadi terpecah belah. Pada abad 18 Aceh hanya sebagaikenangan masa silam dan
akhirnya kesultanan Aceh menjadi mundur.
4. Kerajaan
Demak (918-960H/1512-1552 M)
Di jawa Islam disebarkan oleh para wali
songo (wali sembilan), mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan keagamaan,
tetapi juga dalam hal pemerintahan dan politik, bahkan sering kali seorang raja
seolah-olah baru sah seorang raja kalau ia sudah diakui dan diberkahi wali
songo.[34] Para
wali menjadikan demak sebagai pusat dari penyebaran agama Islam. Kerajaan ini
berlangsung kira-kira abad 15 sampai 16 M.
Demak merupakan salah satu kerajaan yang
bercorak Islam yang berkembang di pantai
utara Pulau Jawa. Pada abad 16, Demak telah menguasai seluruh Jawa. Setelah
Raden Patah berkuasa kira-kira diakhir abad ke 15 hingga abad ke 16, dan
digantikan oleh anaknya yang bernama Pati Unus, dan kemudian digantikan oleh
Trenggono yang memerintah pada tahun 1524-1546 dan menguasai beberapa daerah.[35]
Seiring dengan perkembangan kerajaan
Islam bersamaan juga dengan melemahnya majapahit. Hal ini memberi peluang untuk
para raja-raja Islam pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan.
5. Kerajaan
Banten (960-1096 H/ 1552-1684 M)
Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam
yang mulai berkembang pada abad ke 16 etelah pedagang-pedagang India, Arab,
persia, mulai menghindari Malaka yang sejak tahub 1511 telah dikuasai oleh
Portugis. Dilihat dari geografisnya, Banten merupakan pelabuhan yang penting
dan ekonominya mempunyai letak yang strategis dalam penguasaan Selat Sunda,
yang menjadi urat nadi dalam pelayaran dan perdagangan melalui lautan Indonesia
di bagian selatan dan barat Sumatera. Kepentingannya sangat dirasakan teruatama
waktu selat Malaka di bawah pengawasan politik Portugis di Malaka. Sebelum Islam
datang, Banten sudah menjadi kota yang berarti. Kerajaan islam di Banten yang
semula kedudukannya di Banten Girang dipindahkan ke kota Surososwan, di Banten
lama dekat dengan pantai. Pemindahan ini dimaksudkan untuk memudahkan hubungan
antara pesisir utara jawa dengan pesisir Sumatera, melalui selat sunda dan
samudera Indonesia. Situasi ini berkaitan dengan dikuasainya Malaka oleh
portugis dan para pedagang yang segan berhubungan dengan portugis mengalihkan
jalur pelayarannya melalui Selat Sunda.[36]
6. Kerajaan
Goa (1078 H/ 1667 M)
Kerajaan ini terletak di semenanjung
Selatan Sulawesi, kerajaan ini menerima Islam pada tahun1605 M. Rajanya yang
terkenal dengan nama Tumaparisi-kallona ang berkuasa pada akhir abad ke 15 dan
permulaan abad ke 16.[37]
Kerajaan Goa-Talloo ini menjalin hubungan dengan Ternte yang telah menerima
Islam dari gresik. Penguasa ternate pernah mengajak penguasa Goa Tallo untuk
masuk Islam namun tidak membuahkan hasil. Raja pertama dari kerajaan ini yang
memeluk agama Islam adalah Sultan Alauddin pada tahun 1605 M.[38]
Kerajaan Goa-tallo mempunyai trasdisi
yaitu mengharuskan seseorang raja untuk menyampaikan hal baik kepada yang lain.
Oleh hal itu Raja-raja dikerajaan ini mulai menyebarkan ajaran islam, dan
meluaslah pemahaman islam di daerah Luwu, Wajo, Sopeng, dan Bone. Luwu terlebih
dahulu masuk Islam, sedangkan daerah Wajo dan Bone harus melalui peperangan
terlebih dahulu.[39]
7. Kerajaan
Maluku
Kerajaan Maluku terletak dibagian daerah
Indonesia bagian timur. Kedatangan Islam ke maluku ini juga melalui jalur
perdagangan. Menururt tradisi setempat, sejak abad ke 14 islam sudah datang di
daerah Maluku, Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Marhum di ternate. Raja
pertama yang benar-benar muslim adalah Zayn Al-Abidin (1486-1500), ia sendiri
mendapatkan ajaran agama dari madrasah Giri.
Karena Islam masih baru di Ternate ini,
potugis yang sampai di sana pada tahun 1522 M, berharap dapat menggantikannya
dengan agama Kristen namun usaha mereka tersebut tidak berhasil. Dalam masa
islamisasi di maluku ini, menghadapai persaingan politik dan monopoli
perdagangan diantara orang-orang Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris.
Persaingan diantara pedagang-pedagang ini yang akhirnya membuat daerah Maluku
jatuh ke bawah kekuasaan politik dan ekonomi komponen belanda.[40]
E.
Hubungan
antara Kerajaan-Kerajaan
Hubungan
antara satu kerajaan Islam dengan kerajaan Islam lainnya pertama-tama memang
terjalin karena persamaan agama. Hubungan itu pada mulanya, mengambil bentuk
kegiatan dakwah. Kemudian berlanjut setelah kerajaan-kerajaan Islam berdiri
untuk memperluas wilayah. Dalam bidang
politik, agama pada mulanya dipergunakan untuk memperkuat diri dalam menghadapi
pihak-pihak atau kerajaan-kerajaan yang bukan Islam, terutama yang mengancam
kehidupan politik maupun ekonomi.
Jaringan
antara kerajaaan Islam yang tercipta adalah jaringanPolitik, dimana satu
kerajaan dengan kerajaan lain saling membantu untuk menaklukan orang-orang dari
non islam.
Hubungan
antara kerajaan-kerajaan Islam ini lebih pada dalam budaya dan keagamaan.
Seperti Samudra Pasai dan Aceh yang terkenal dengan Serambi Mekkah menjadi
pusat penyebaran dan pengajaran agama Islam. [41]
F.
Penutup
1. Islam
masuk ke Indonesia melalui empat Jalur, yaitu Jalur Arab, Cina, India, Eropa
dan juga melalui orang pribumi sendiri. Jalur yang sangat dominan adalah jalur
dari China yang telah banyak bukti dan fakta yang ditemukan.
2. Pengislamisasian
di Indonesia itu ada lima cara, yaitu dengan perdagangan, pernikahan, tasawuf,
kesenian, dan juga politik. Jalur yang sangat dominan dilakukan adlaah melewati
jalur kesenian yang komunikatif dan seperti melestarikan budaya sebelumnya.
3. Kerajaan-kerajaan
Islam yang berpengaruh dalam penyebaran Islam sebelum datangnya belanda yaitu:
Kerajaan Malaka, Kerajaan Aceh, Kerajaan Banten, Kerajaaan Demak, Kerajaan Goa,
dan Kerajaan Maluku. Kerajaan-kerajaan tersebut saling membantu dalam hal
politik. Dalam hal menjatuhkan Portugis dan juga Belanda.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah
,Taufik. 1992. Sejarah Umat Islam
Indonesia. Jakarta: MUI
Al-Usairy,
Ahmad. 2003. Sejarah Islam, Sejak Zaman
Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta:Akbar Media
Edyar, Busman, dkk. 2009. Sejarah peradaban Islam. Jakarta:
Pustaka Asatruss
Hungronje,
Snouck. 1983. Islam di Hindu Belanda. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Ismail
M, Gade,. 1997. Pasai dalam Perjalanan
Sejarah. Jakarta: Cv. Putra Sejati Raya.
Mas’ud,
Abdurrahman. 2009. Sejarah Peradaban
Islam. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Muljana,
Slamet. 2007. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa Dan Timbulnya Negara-Negara
Islam di Nusantara. Yogyakarta. LKIS
Ricklefs, M. C.,1991. Sejarah Indonesia Modern Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung:
Pustaka Setia
Tjandrasasmita,
Uka. Sejarah Nasional Indonesia III.
Jakarta: Balai Pustaka
Wahidin,
Syamsul, & Abdurrahman. 1984. Perkembangan Ringkas Hindu Islam di
Indonesia. Jakarta Akademia Presindo.
Yatim,
Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam :
Dirasah Islamiyah II. Jakarta. PT Raja Gravindo Persada.
Yatim, Badri. 1998. Sejarah Islam di Indonesia. Jakarta: Depag
[1] Abdurrahman Mas‟ud, Sejarah Peradaban Islam (Semarang: PT Pustaka
Rizki Putra, 2009), 181
[2] M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1991), hlm. 3
[3] Kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara dalam upayanya memperluas kekuasaannya
ke Semenanjung Malaka sampai kedah dapat dihubungkan dengan bukti-bukti
prasasti 775, berita-berita Cina dan Arab abad ke 8 sampai ke 10 M. Hal ini
erat hubungannya dengan usaha penguasaan selat Malaka yang merupakan kunci bagi
pelayaran dan perdagangan Internasional.
[4] Busman Edyar, dkk. Sejarah peradaban Islam. (Jakarta: Pustaka
Asatruss, 2009). Hllm. 207
[5] Kerajaan ini dirintis oleh Malik Ash-Shaleh (659-688H/1261-1289M).(
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,(Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hlm.
195).
[6] Mereka mendasarkan pada keterangan Marcopolo yang pernah singgah untuk
beberapa lama di Sumatra, ketika itu ia menyaksikan bahwa perlak di Ujung Utara
pulau sumatra penduduknya telah memeluk agama Islam.(Badri Yatim. Sejarah Islam
di Indonesia.(Jakarta: Depag. 1998). Hlm. 30).
[7] Islam berasal dari Gujarat dngan dasar batu Nisan sultan pertama dari
kerajaan Samudera Pasai, yakni nisan al-Malik al-Saleh yang wafat pada tahun
1297. Dalam hal ini beliau berpendapat bahwa relief nisan tersebut bersifat
Hinduistis yang memounyai kesamaan dengan Nisan yang terdapat di Gujarat.(Badri
Yatim, Sejarah Islam di Indonesia, (Jakarta: Depag 1998)
[8] Badri Yatim, sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Press,
2007), hlm 191.
[9] Badri Yatim, sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Press,
2007), hlm 191
[10] Slamet Muljana. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya
Nragara-Negara Islam di Indonesia. Yogyakarta; LKIS. 2007. Hal: 83
[11] Slamet Muljana. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya
Nragara-Negara Islam di Indonesia. Yogyakarta; LKIS. 2007. Hal: 85
[12] Slamet Muljana. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya
Nragara-Negara Islam di Indonesia. Yogyakarta; LKIS. 2007. Hal: 103
[13] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,
(Jakarta:Akbar Media, 2003). Hlm 36
[14] Uka Tjandrasasmita. Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994).hlm 109
[15] Busman Edyar, Sejarah Peradaban Islam, (jalarta: Pustakan asatruss,
2009) hlm 208.
[16] Uka Tjandrasasmita. Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994).hlm 207
[17] Tjandrasasmita, Uka. Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994).hlm 206.
[18] Snouck Hungronje, islam di Hindu Belanda (Jakarta: Bharata Karya
Aksara, 1983), hal 9.
[19] Syamsul Wahidin dan Abdurrahman. Perkembangan Ringkas Hindu Islam di
Indonesia (jakarta: Akademia Presindo. 1984) hal 290
[20] Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta:Majlis Ulama
Indonesia, 1991), hlm 39.
[21] Gade Ismail, M. Pasai dalam Perjalanan Sejarah (Jakarta: Cv. Putra
Sejati Raya, 1997), hlm 3.
[22] A. Hasyimy. Sejarah Masuk dan berkembagnya Islam di Indonesia (PT
Almaarif, 1989), hlm 420.
[23] Soejono, R.Z Sejarah Nasional Indonesia III (Jakarta: Balai Pustaka,
2008), hlm.23
[24] Taufik Abdullah. Sejarah Umat Islam Indonesia. (Jakarta: MUI, 1992),
hlm. 55
[25] Gade Ismail, M. Pasai dalam
Perjalanan Sejarah (Jakarta: Cv. Putra Sejati Raya, 1997), hlm29
[26] Tjandrasasmita, Uka. Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994).hlm 18
[27] Busyan edyar, dkk, op.cit., hlm. 190
[28]Uka Tjandrasasmita. Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994).hlm 18
[29] Busman Edyar, Sejarah Peradaban Islam, (jalarta: Pustakan asatruss,
2009) hlm. 190
[30] Badri Yatim. sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Press,
2007) 209
[31] Uka Tjandrasasmita. Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994).Hlm.21
[32] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Press, 2007)
, hlm.209
[33] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Press,
2007) hlm. 210
[34] Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994).hlm 197.
[35] Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994).hlm 24
[36] Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari hlm. 43.
[39] Badri yatim Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Press,
2007) hlm 224.
[41] Badri Yatim.Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II. (Jakarta:
PT Raja Gravindo Persada, 1993) hlm 224.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar